Indonesiaku
yang malang
Malang,
malang, malang..
Selalu
malang..
Sempat
bahagia tapi tak bangga
Sempat
merdeka tapi didusta
Lagi-lagi
malang..
Kau
memang pantas disebut malang
Bukan
begitu, Malang?
Semua
masih bisa kau ubah, harusnya
Ya, jika
kau mau mengganti pengurus-pengurus bodoh itu
Tapi… AH!
Jelas
saja, kau sudah terlalu cinta dengan pengkhianat berdasi itu, bukan?
Dasar
bodoh!
Tikus-tikus
itu takkan pernah berhenti mencari keju, Malang
Tak
peduli itu milik siapa
Bahkan
jika keju itu sudah basi sekalipun
Dan bukankah
kau juga dipertaruhkan demi keju-keju itu, Malang
Kudengar, kau memiliki kekayaan di segala
hal
Bahkan sampai tetangga-tetanggamu iri
kepadamu
Bukankah itu hebat, Malang?
Tapi mengapa masih ada yang tertatih
demi mendapat keju seujung kuku?
Kau sudah buta, Malang?
Apa hatimu sudah hilang?
Lalu, mengapa tak kau cari saja sedari
dulu?
Oooh. Aku tau,
Pasti ulah tikus berdasi tak tahu diri itu
lagi kan, Malang?
Dasar, Malang!
Malang,
Malang..
Kau
memiliki budaya, jiwa senimu pun tinggi
Namun mengapa ketika tetanggamu mengakuinya, kau
baru sibuk mengurusi hal yang dulu kau anggap kuno
Kau memiliki lautan dan pulau-pulau nan indah
Namun mengapa ketika tetanggamu membenahnya, kau
baru sibuk mengakui kepemilikanmu yang dulu kau anggap angin lalu
Kau memiliki hamparan hutan yang luas dan rindang
Namun mengapa malah kau membuat mereka
memberontak, berapi dan menyebar asap seluas-luasnya
Kau dibanjiri berbagai sumber daya alam, Malang
Namun mengapa ketika tetanggamu mengurusi
segalanya, kau baru sibuk mencari-cari pistol untuk mengajak berperang.
Sayangnya pistolmu hanya pistol air, Malang
Hanya mampu menakuti seekor kambing
Tetanggamu bukan kambing dan kau tau itu, bukan?
Mungkin ia seekor singa atau srigala berbulu domba
Entahlah. Aku tak tahu.
Yang jelas ia tidak lebih bodoh dari tikus
berdasimu itu
Bukan begitu, Malang?